Business
are start from Ideas, Fund, and Experience
Kupi Culture adalah
sebuah organisasi yang berbasis event dan entertainment, berpusat di warung
kopi Banda Aceh. tujuan utamanya adalah mengajak anak muda banda aceh untuk
menjadi lebih creative dan innovative untuk mewujudkan ide-ide brilian untuk
kota Banda Aceh.
Kupi Culture bukan cuma dialog warung kopi biasa. Entertainment, game, stimulus, dan berbagai workshop design thinking digelar disini. sekarang duduk-duduk di warung kopi bukan hanya buang-buang waktu, tapi kita melakukan sesuatu yang positif.
Acara
ini merupakan hasil kerjasama antara mahasiswa Australia dan juga mahasiswa
Indonesia, khususnya Banda Aceh, komunitas yang bertemakan Kupi Culture ini
merupakan sebuah bentuk kepedulian mahasiswa Australia yang ingin memajukan dan
lebih membuka serta menambah kreatifitas para pemuda aceh yang sangat
berpotensi untuk mengembangkan Kota Banda Aceh menjadi lebih baik. Dilihat dari
namanya yaitu Kupi Culture, ini mengindikasikan bahwa Banda Aceh terkenal
dengan Warung Kopi dan masyarakatnya yang gemar meminum kopi. Jadi dari sinilah
para pelajar asing bisa menemukan hal-hal baru yang belum mereka temui di
daerah asalnya.
Kegiatan
ini berlangsung selama 5 hari, selama 5 hari tersebut pula para mahasiswa
Indonesia dengan senang hati mendampingi mahasiswa asing selama berada di banda
aceh, mahasiswa asing yang berasal dari Sydney tersebut berjumlah belasam orang
yang memiliki latar belakang umur dan pendidikan dari mahasiswa master
University Of Technology Sydney (Australia) dan City Switch (Japan).
Pada
dua hari pertama merupakan tahap pengenalan satu sama lain dan juga mengenalkan
apa saja pariwisata yang ada di banda aceh, kami mengunjungi berbagai terpat
pariwisata dan juga tempat bersejarah yang ada. Para mahasiswa asing tersebut
sangat senang dan merasa sangat di hormati.
Hari
pertama
Hari
pertama ini kami melakukan perkenalan. Di sela perkenalan ini terdapat
kegiatan-kegiatan seperti bermain game, menambah semangat dan tingkat
kosentrasi, dan juga menyantap makanan ringan sambil mengobrol ringan.
Setelah
itu, kami berjalan-jalan mengunjungi warung kopi, tidak hanya bertujuan untuk
bersantai, tapi juga bertujuan untuk membuat para mahasiswa asing tersebut
mengetahui dan merasakan budaya yang sering dilakukan sebagian para remaja di
kota Banda Aceh.
Untungnya
saat mereka datang, provinsi Aceh sedang menggelar event Kebudayaan yaitu Pekan
Kebudayaan Aceh ke V, disini mereka dapat melihat langsung budaya masyarakat
aceh. Mereka merasakan rumah adat dari seluruh penjuru aceh, melihat tarian
tradisional aceh, bahkan membeli barang-barang kerajinan aceh seperti bross
pintu aceh, tas, dan sepatu.
Setelah
lelah, kami pun mengakhiri hari pertama yang menyenangkan ini dengan kembali ke
rumah masing-masing.
Hari
ke Dua.
Di
hari kedua, kami kembali ke gedung Youth Centre. Gedung tersebut merupakan
tempat teman asing itu menginap, sebelum melanjutkan perjalanan, kami dibekali
beberapa materi, yaitu tentang persona seseorang, apa yang diminati, latar
belakang, serta pola piker seseorang tersebut terhadap sesuatu.
Setelah itu, kami mengelilingi tempat-tempat
wisata yang ada di Banda Aceh, yaitu :
Museum
Tsunami Aceh, Gunongan, Kapal PLTD Apung, dan memanjakan lidah di Kuala cangkoi
dengan pemandangan alam nya yang indah. Tidak hanya itu, kami juga melakukan
wawancara kepada remaja yang ada di sana, untuk memenuhi materi persona yang
telah di jelaskan pagi harinya.
Setelah
lelah seharian berjalan-jalan dan juga telah belanja beberapa souvenir khas
aceh, kami pun kembali ke Youth Center tempat penginapan mereka yang terletak
di daerah Kajhu untuk mempresentasikan hasil wawancara persona kami, semuanya
terlihat bersemangat dan dengan sepenuh hati untuk mendengarkan teman-teman
yang presentasi.
Hari
Ke Tiga dan ke Empat
Di
hari ketiga, kegiatan workshop di lakukan di fakultas teknik, disana kami
melakukan banyak hal, seperti diskusi untuk mengembangkan aceh. Kami mempresentasikan
nya dengan sebuah miniature sebuah tempat yang kami inginkan untuk ada di aceh,
dan tidak hanya itu saja, kami juga melakukan roleplay atau drama singkat yang
menggambarkan aktifitas yang ada di tempat itu nanti.
Ketika
jam siang, kami melakukan banyak kegiatan di warung kopi, tidak hanya bertujuan
untuk workshop saja, namun dari sinilah kami dapat bertukar pikiran serta
bertukar pengalaman yang pernah kami rasakan antara mahasiswa lokal dan
mahasiswa asing.
Dihari
selanjutnya, workshop beralih ke IT Center ex Garuda Theatre.
Kami
di bagi menjadi beberapa kelompok yang didasarkan pada minat dan bakat yang
kita miliki, diantaranya yaitu coffee shop, innovation hub, youth centre,
connection, dan tourism. Saya pun tertarik untuk memilih bergabung dan
berdiskusi bersama untuk membangun Aceh dari segi Pariwisata.
Pariwisata
Pariwisata
yang sangat terkenal di aceh sangat banyak sekali, seperti wisata alam, wisata
kuliner, dan juga wisata situs peninggalan tsunami.
Nah,
fungsi adanya Kupi Culture ini adalah memeberikan inovasi baru kepada pemuda
aceh agar dapat membangun aceh menjadi lebih baik, maka dari itu kelompok yang
membahas tentang pariwisata ini akan mencari solusi bagaimana memecahkan
masalah yang ada dan membuat orang di dunia lebih mengetahui aceh dengan
pariwisatanya yang indah dan luar biasa.
Hasilnya
yaitu membuat pusat informasi pariwisata dan juga mengunakan tour guide untuk
perjalanan para turis selama berada di aceh, kami menyebutnya Syedara Loen
untuk Tour Guide dan Aceh Lagak sebagai sebutan untuk pusat informasi.
Untuk
mewujudkan hal tersebut kami juga memikirkan siapa saja yang terlibat untuk
bisa merealisasikan proyek ini, mulai dari remaja, orang tua, dinas pariwisata
dan kebudayaan, pejabat daerah, hingga seluruh lapisan masyarakat yang ada di
Banda Aceh.
Tentu
saja hal yang melatar belakangi hal ini ialah untuk membangun aceh menjadi
lebih baik di mata internasional, karena Aceh memiliki banyak potensi yang
belum digali.
Setelah
itu, hasil dari workshop ini di presentasikan menggunakan slide presentasi dan
juga dengan Roleplay yang di peragakan oleh peserta, sehingga dapat dimengerti
oleh orang yang melihatnya.
Dengan
Adanya workshop ini di harapkan akan membuka wacana atau paradigma masyarakat
dengan apa yang ada di Aceh, lebih menghargai harta yang di miliki Aceh baik
itu alam, benda yang terlihat maupun tidak.
Berakhirnya
workshop maka berakhir jugalah pertemuan kami bersama teman-teman asing yang
sangat memberi inspirasi, inovasi, motivasi dan juga pengalaman berharga bagi
kami selaku mahasiswa yang akan membangun aceh menjadi lebih baik nantinya.
Comments
Post a Comment
thanks for the comment, happy reading Raneey's Diary blog ..